MAGASISWA DIANCAM DIBUNUH GARA-GARA TUNTUT SBY
Musyawarah akbar Forum Mahasiswa Jawa Barat yang digelar di kampus Unswagati, Cirebon pada Sabtu (24/02/2012) kemarin, berbuntut teror dan ancaman pembunuhan. Musyawarah tersebut mengkritisi pemerintahan SBY Boediono.
Musyawarah akbar Forum Mahasiswa Jawa Barat yang digelar di kampus Unswagati, Cirebon pada Sabtu (24/02/2012) kemarin, berbuntut teror dan ancaman pembunuhan. Musyawarah tersebut mengkritisi pemerintahan SBY Boediono.
Humas Forum Mahasiswa Jawa Barat, yang
dihadiri 96 utusan dari 24 kampus di 17 kota se-Jawa Barat ini
menghasilkan Tridarma (tiga rekomendasi seruan mahasiswa) Jawa Barat
untuk disebarkan kepada seluruh mahasiswa dan rakyat Indonesia.
Tiga rekomendasi yang menjadi kesimpulan pertemuan mahasiswa Se-Jawa Barat adalah sbb:
1. SBY-Boediono harus turun dari jabatannya.
2. Cabut mandat seluruh lembaga politik.
3. Akademisi akan menjadi pengawas jalannya pemerintahan transisi
2. Cabut mandat seluruh lembaga politik.
3. Akademisi akan menjadi pengawas jalannya pemerintahan transisi
“Maklumat ini segera disebarkan kepada
seluruh mahasiswa, guru, petani, buruh, nelayan, pengusaha, santri,
karyawan, kepala daerah, ormas pemuda-kedaerahan, tentara, polisi,
pelajar dimana pun berada,” kata jurubicara pertemuan mahasiswa, Rangga,
Sabtu, (25/02/2012).
Untuk mengkongkretkan seruan mahasiswa
se-Jabar saat itu berencana untuk memproklamirkan maklumat di RRI, Jalan
Brigjen Darsono, bypass kota Cirebon. Ternyata, ada pihak yang
keberatan dan mencoba menggagalkan aksi sosialisasi melalui stasiun
radio RRI Cirebon. “Namun tidak disangka ternyata RRI telah diperintah
untuk menggagalkan sosialisasi maklumat mahasiswa,” kata Rangga dalam
rilisnya. Seperti dikutip okezone.com.
Lanjutnya, itu dibuktikan dengan adanya
permintaan pihak radio agar mahasiswa menghapus hasil musyawarah poin
pertama dan merubah menjadi SBY dan Boediono harus memperhatikan
aspirasi mahasiswa serta menghilangkan poin kedua.
Mahasiswa menolak permintaan tersebut.
Tidak hanya itu, kata Rangga, dua orang panitia yakni, M. Zulvi
Romadhona dan Yogi Maulana menerima ancaman melalui pesan pendek (SMS). “Isinya, ‘jangan macam-macam kalau masih mau hidup. Berhenti sekarang kalau besok masih mau melihat matahari !!!’,” kata Rangga menirukan bunyi pesan pendek tersebut.
Beberapa peserta yang datang pun mengaku
banyak menerima telepon dan pesan singkat dari orang tak dikenal yang
menanyakan agenda acara Forum Mahasisiwa Jawa Barat.
Sekira pukul 15.12 WIB, lanjutnya,
panitia juga menerima kabar bahwa Tim Gegana sedang mensterilkan kampus
Unswagati karena diancam bom. Isi ancaman teror bom itu berbunyi: “Ass.wr.wb
bismilah.. Allohuakbar kami brtaukan kpd kafir & kaum munafik crb
musuh alloh bhw hr ini sdh trpasang BOM 2X dr polres di Radar, kbrcerb,
untag, iain, rri & unswagati 1 2 3, kami skr tdk main2,
allohuakbar..ttd Jat”, walau pun akhirnya ancaman itu tidak terbukti.
Pihak Panitia sendiri masih mengkaji
kemungkinan kaitan hasil pertemuan mereka yang menuntut SBY-Boediono
turun dengan ancaman bom tersebut. Desas-desus di lapangan berhembus,
ancaman bom ini tidak benar-benar ada. Itu hanya akal-akalan polisi saja
untuk masuk ke dalam kampus dan infiltrasi ke dalam pertemuan. Mengenai
desas-desus ini, Polri membantah keras. Tidak ada upaya-upaya seperti
itu.
Sebelumnya, Panitia yang mengetahui kabar
ancaman tersebut langsung bergegas ke kampus, mengingat data-data
peserta dan proses musyawarah Forum Jabar masih berada di Sekretariat
BEM kampus Unswagati. “Rektor kampus panitia penyelenggara, Unswagati
juga diancam akan digagalkan proses perubahan PTS ke PTN (Perguruan
Tinggi Negeri) nya apabila acara tersebut benar-benar difasilitasi oleh
pihak kampus,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Hasil musyawarah akbar
mahasiswa di Cirebon yang terdiri dari 24 Kampus dari 17 kota dan 96
Mahasiswa Pemimpin Organisasi Kampus Se-Jabar, yang ditutup pada Sabtu
(25/2/2012) telah menghasilkan tiga rekomendasi berdasarkan pertimbangan
komprehensif, keputusan Musyawarah Mahasiswa.
Pemerintah dianggap gagal dalam
menjalankan tugasnya untuk mensejahterakan rakyat, ketimpangan dan
kemiskinan masih saja terjadi di bumi lumbung padi ini, kasus korupsi
yang tak pernah diusut tuntas, penegakan supremasi hukum yang carut
marut, dan berbagai kebijakan yang tidak populis adalah beberapa sebab
bahwa pemerintah saat ini harus diturunkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar